Suatu hari ada
pemuda yang bertanya kepada hamba Tuhan: “Mengapa kita berdoa?” Jawab
hamba Tuhan: “Dengan berdoa maka kita dapat berjumpa dengan Tuhan!”
Spontan pemuda itu berkata: “Wah kalau begitu lebih baik saya tidak
berdoa!” Dengan wajah penuh penasaran hamba Tuhan itu bertanya: “Kenapa?”
Pemuda tersebut menjawab: “Karena saya belum siap berubah!”
Sekalipun pemuda tersebut mengambil
keputusan yang salah, tetapi dari pernyataannya kita tahu bahwa pemuda tersebut
sesungguhnya mempunyai konsep yang benar bahwa “perjumpaan dengan Tuhan membawa
perubahan hidup.” Bukankah konsep ini yang seringkali kita lupakan?
Akibatnya, setiap kali kita berjumpa dengan Tuhan dalam doa, kita berdoa hanya sebatas
menyampaikan pergumulan-pergumulan kita, tetapi tanpa ada perubahan di dalam
diri kita.
Dari beberapa perjumpaan manusia dengan Tuhan
yang dicatat di Alkitab, saya tertarik membandingkan perjumpaan Simon Petrus
dengan Tuhan Yesus Kristus dan perjumpaan seorang pemimpin dengan Tuhan Yesus
Kristus:
- Tuhan Yesus Kristus berinisiatif menjumpai Simpon Petrus – seorang pemimpin berinisiatif menjumpai Tuhan Yesus Kristus, bahkan di Markus 10:17 digambarkan dia berlari-lari dan berlutut di hadapan Tuhan Yesus Kristus.
- Simon Petrus menyebut Tuhan Yesus Kristus sebagai “Guru” – seorang pemimpin menyebut Tuhan Yesus Kristus sebagai “Guru yang baik.”
- Orientasi hidup Simon Petrus adalah ikan – orientasi seorang pemimpin adalah kehidupan kekal.
- Simon Petrus sedang mengalami kegagalan, “telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa” – seorang pemimpin sedang mengalami kesuksesan.
- Simon Petrus melakukan perintah Tuhan Yesus Kristus, “tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga” – seorang pemimpin “menjadi amat sedih” setelah mendengar perintah Tuhan Yesus Kristus.
- Simon Petrus menyadari kemiskinannya di hadapan Tuhan Yesus Kristus, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” – seorang pemimpin merasa kaya di hadapan Tuhan Yesus Kristus, “Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”
- Simon Petrus “meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” – seorang pemimpin pergi meninggalkan Tuhan Yesus Kristus dengan hati yang sedih dan kecewa (Mrk. 10:22).
Dari
perbandingan perjumpaan di atas, maka kita melihat ada sebuah proses pemurnian
hati yang akhirnya membawa perubahan hidup kepada dua kutub yang sangat
berbeda: melepas atau menggengam segala sesuatu; mengikut atau meninggalkan
Tuhan Yesus Kristus! Hanya dengan meninggalkan segala sesuatu dan
mengikut Tuhan Yesus Kristus maka kita “akan menerima kembali lipat ganda” dan
“akan menerima hidup yang kekal.”
Di
dalam perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus, ada proses pemurnian hati yang
akan menghancurkan segala topeng kemunafikan dan kesombongan. Bagi mereka
yang berhati keras, maka akan mengalami kesedihan dan kekecewaan. Tetapi
bagi mereka yang berhati lembut, maka akan mengalami: perubahan pengenalan
(dari “Guru” menjadi “Tuhan”), kesadaran akan keberdosaan, perubahan orientasi
hidup (dari “menjala ikan” kepada “menjala manusia”). Bukankah itu juga
yang terjadi ketika Zakheus mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus
(Luk. 19:1-10)? Bagaimana dengan kita? Semoga setiap kali kita
mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus di dalam doa,
biarlah kita didapati mempunyai hati yang rela untuk mengalami perubahan hidup
seturut dengan kehendak-Nya, sehingga semakin serupa dengan Dia, bagi
kemuliaan-Nya!
Jadikan
doa sebagai perjumpaan yang memurnikan kita menjadi selaras dengan-Nya!
0 comments:
Post a Comment