Thursday, May 23, 2013

Kuasa Ekonomi, Agama, dan Politik Telah Dipatahkan! ~ Matius 4:1-11



Jika ada pertanyaan: “Institusi social apa yang mempunyai pengaruh sangat besar bagi kehidupan manusia?”  Jawabannya pasti adalah ekonomi, agama, dan politik.  Segala peristiwa di dunia ini tidak ada yang dapat dilepaskan dari pengaruh ekonomi, agama, dan politik.  Apa yang menyebabkan terjadinya perang dunia?  Apa yang menyebabkan terjadinya 11 September dan bom Bali?  Apa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998, Ambon, dan Papua?  Apa yang menyebabkan terjadinya pemberontakan di Aceh?  Siapa yang ikut bermain dibelakang gerakan-gerakan radikalisme?  Apa motivasi yang ada dibalik kasus Nazarudin, Gayus, dan Century?  Pengaruh apa yang digunakan oleh para pendosa sehingga ratusan santri yang masih remaja mengalami pelecehan seksual?  Apa yang menyebabkan terjadinya perpecahan gereja?  Kita bisa menambah daftar pertanyaan, tetapi jawabannya tetap sama: “ekonomi, agama, dan politik.” 
Dari zaman ke zaman, tiga institusi social ini mempunyai pengaruh yang sangat besar.  Tidaklah mengherankan jika manusia dan negara berusaha mati-matian untuk mengejar ketiga hal ini.  Dengan menguasai ekonomi, agama, dan politik, maka dunia seakan-akan berada di tangan mereka.  Seperti iklan Mastercard: “Anda menggenggam seluruh dunia di tangan Anda!”  Bukankah ini yang dikatakan iblis kepada Adam dan Hawa: “Kamu akan menjadi seperti Allah” (Kej. 3:5)?  Di taman Eden, Adam dan Hawa gagal dan jatuh dalam dosa.  Di taman Eden, mereka terpikat oleh daya tarik ekonomi (ingin memiliki semuanya), agama (ingin disembah oleh semuanya), dan politik (ingin menguasai semuanya).  Tetapi Yesus, di padang gurun, justru Dia mengalami kemenangan atas daya tarik ekonomi yang menjarAH dan serakAh, agama yang manipulaTIF dan destrukTIF, serta politik yang menindAS dan buAS.
           Setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus.  Saat itulah iblis mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti.  Bukankah roti sangat dibutuhkan bagi Yesus yang sedang kelaparan?  Bukankah ekonomi sangat dibutuhkan bagi dunia yang sedang “kelaparan”?  Sekalipun pencobaan tersebut terlihat logis, penting, dan mendesak, tetapi Yesus mengetahui betapa singkatnya kenikmatan dan kepuasan dari solusi yang iblis tawarkan.  Yesus menolak pilihan hidup dari roti saja, karena ada tertulis: “Manusia hidup bukan daru roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah!”  Yesus menang karena menempatkan firman Allah diatas segala kebutuhan ekonomi, sekalipun kebutuhan ekonomi tersebut tampaknya logis, penting, dan mendesak.  Bagaimana dengan manusia?  Manusia justru mengumbar kepuasan dan kenikmatan ekonomi yang bersifat sesaat, dan membiarkan jiwanya merana dan menderita tanpa firman Tuhan.
          Setelah Yesus mematahkan pencobaan pertama, iblis tidak tinggal diam.  Kalau Roh Kudus yang membawa Yesus ke padang gurun, maka kali ini iblis yang membawa Yesus justru ke pusat agama, yaitu Kota Suci, dan menempatkan Dia di bumbungan Bait Allah.  Dengan mengutip firman Tuhan, iblis mencobai Yesus untuk melakukan karya penyelamatan yang tampak begitu dramatis, spektakuler, dan mengagumkan, sehingga para pemimpin agama yang melihatnya pasti akan bersorak-sorai dan memberikan dukungan secara penuh.  Tetapi Yesus menolak karya penyelamatan yang instan, mudah, dan murahan tersebut.  Karya penyelamatan yang Allah tetapkan bukanlah dengan cara turun dari bumbungan Bait Allah di Kota Suci, tetapi dengan cara naik ke kayu salib di Bukit Golgota; bukan dengan pertolongan dari para malaikat, tetapi dengan pengkhianatan, penyiksaan, dan pembunuhan dari orang-orang berdosa; bukan supaya kaki-Nya tidak terantuk batu, tetapi supaya kaki-Nya diremukkan paku; bukan dengan pengakuan dan dukungan pemimpin agama, tetapi dengan pengakuan dan peneguhan Bapa.  Itulah sebabnya Yesus mematahkan pencobaan iblis dengan berkata: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”  Bagaimana dengan manusia?  Manusia justru menjadikan agama sebagai Juruselamatnya dan memanipulasi firman Tuhan demi pemenuhan dan pemuasan diri, bukan untuk pengosongan dan penyangkalan diri.
           Akhirnya motivasi dan tujuan utama iblis terungkap melalui pencobaan yang ketiga melalui sebuah janji kemuliaan, kekuasaan, dan kemegahan semua kerajaan dunia akan diberikan jika Yesus mau sujud menyembah dia.  Janji tersebut tampak begitu relefan, sesuai harapan, dan sangat menggiurkan.  Bukankah semuanya itu sangat cocok dengan gambaran Mesias yang sedang dinanti-nantikan, yang akan mengalahkan kerajaan Romawi dan segala kerajaan dunia?  Bukankah dengan demikian semua manusia akan tunduk dan taat kepada Yesus?  Tetapi Yesus Sang Mesias justru menunjukkan kemuliaan-Nya dengan bermahkotakan duri, bukan bermahkotakan emas; membuktikan kekuasaan-Nya dengan melayani, bukan dengan menindas; memperlihatkan kemegahan-Nya dalam kemiskinan, bukan dalam kekayaan.  Yesus tidak tertipu oleh janji-janji yang tampak begitu relefan, sesuai harapan, dan sangat menggiurkan.  Yesus mengalahkan pencobaan dengan berkata: “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”  Bagaimana dengan manusia?  Manusia justru memilih sujud menyembah iblis hanya demi mencapai dan mendapatkan kekuasaan politik, puncak jabatan, dan status tertinggi di dunia.
          Lihatlah!  Ada seorang manusia yang begitu kuat ekonominya, ingin mempunyai kedudukan tertinggi di politik.  Karena baginya agama adalah “baju”, maka dengan begitu mudahnya ia berganti-ganti agama.  Dengan kekuatan ekonominya, ia beramal sehigga mendapatkan dukungan dari para pemimpin agama.  Akhirnya ia mempunyai kekuatan politik.  Untuk memperbesar kekuatan ekonominya, maka dengan kekuatan politik ia melakukan korupsi.  Supaya perbuatan korupsinya tidak terbongkar, maka ia menekan dengan kekuatan politik, menyuap dengan kekuatan ekonomi, dan menutupi kebusukan dengan “topeng” agama.  Tetapi ketika maut menjemputnya, maka ekonomi, agama, dan politik menjadi lumpuh dan mandul.  Kebinasaan kekal telah menantinya.
          Lihatlah!  Ada sebuah negara yang begitu kuat ekonomi dan politiknya, ingin memperbesar ekonomi dirinya dengan cara menguasai sumber kekuatan ekonomi negara-negara lainnya.  Dengan kekuatan dan kelicikan politiknya maka diadakanlah agresi militer dan embargo ekonomi.  Setelah pemerintahan politik negara-negara tersebut hancur, maka dengan kekeuatan dan kelicikan ekonominya ia memberikan bantuan ekonomi dan menawarkan bentuk pemerintahan politik yang baru.  Tujuan dari itu semua adalah menciptakan kebergantungan ekonomi mereka kepada dirinya dan mendirikan pemerintahan politik mereka yang dapat dikontrol oleh dirinya.  Dengan demikian ia menguasai sumber kekuatan ekonomi dan politik mereka.  Karena negara-negara tersebut sedah lemah ekonomi dan politiknya, maka dengan kekuatan agama mereka memanipulasi firman Tuhan dan memobilisasi orang-orang untuk siap mendatangkan terror sebagai aksi pembalasan dendam.
          Bagaimana dengan Yesus?  Bukankah murid-Nya berteriak: “Aku tidak mengenal-Nya!” karena Yesus yang dilihatnya di atas gunung dengan kemuliaan-Nya dan yang diakuinya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup kini tampak penuh penderitaan akibat kekuatan ekonomi, agama, dan politik?  Bukankah orang banyak berteriak: “Salibkan Dia!” karena Yesus yang memberi makan lima ribu orang dan yang menyembuhkan segala penyakit ternyata tidak memuaskan nafsu mereka secara ekonomi dan politik? Bukankah para pemimpin agama berteriak: “Tunjukkanlah tanda dan berilah bukti supaya kami percaya!” karena Yesus yang membuka segala topeng kemunafikan mereka telah mengancam kekuatan agama mereka?  Bukankah penguasa Romawi berteriak “Apalah arti kebenaran jika jabatan menjadi taruhan?” karena Yesus yang terlihat begitu lemah dan tak berdaya dibandingkan dengan tuntutan orang banyak dan para pemimpin agama yang dapat membahayakan kekuatan politiknya?  Sekalipun saat itu kekuatan ekonomi yang menjarAH dan serakAh, agama yang manipulaTIF dan destrukTIF, serta politik yang menindAS dan buAS tampak berjaya; tetapi, lihatlah ke atas salib dan dengarlah teriakan kemenangan-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!...Tetelesthai!...Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!”; maka gelap gulita, gempa bumi, dan tabir Bait Allah terbelah mengiringi hancurnya, tunduknya, dan kalahnya kuasa iblis yang menggerakkan dan mengontrol ekonomi, agama, dan politik tersebut. 
          Akhirnya, saat fajar tiba, hari baru dimulai, harapan pun bertumbuh karena Dia yang telah bangkit berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.  Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman!” 

0 comments:

Post a Comment