Wednesday, September 11, 2013

Kenapa Harus Ada Penundaan? ~ Sebuah Kekaguman: Kenangan dengan Paulmanto 3



Beberapa minggu setelah Paul menjalani proses kemoterapi di Jakarta…
Setelah selesai makan malam, mas Hendik mengumpulkan temen-temen masta 2007.  Dengan berat hati dia memberi tahu bahwa Paul mengalami krisis dan mengajak kami berdoa.
Malam itu, di kamar yang gelap daku meratap… Kenapa Tuhan?... Bukankah dia sudah hampir sembuh?...  Apakah gara-gara penanganan dokter Indonesia yang kalah professional dibanding dengan dokter Malaysia?... Bukankah setiap hari kami sudah setia mendoakan Paul?... dan masih banyak lagi pertanyaan yang kunyatakan… Setelah lelah, daku berdiam dalam keheningan… seakan-akan kudengar suara Paul: “Mas Kris, sudah ya.  Daku sudah sangat lelah dan mau istirahat saja.  Daku sudah selesai dan sudah menang kok mas.”  Daku hanya terdiam dan tersenyum, karena tidak tahu mau beri jawab apa padanya.

Keesokan harinya…
Elleazar menunjukkan foto Paul yang sudah sadar, duduk, dan bercanda dengan Jonathan dan Elly… kami terdiam sejenak… kami sadar bahwa ini mukjizat… Tuhan mendengar doa kami… harapan kami akan pemulihan Paul pun kembali bertumbuh…
Tetapi dalam hatiku bertanya: “Lalu apa maksud seakan-akan Paul berkata demikian tadi malam?”
Seperti biasanya, setiap selesai makan siang, kami berkumpul di ruang Senat untuk mendoakan Paul…

24 Mei 2011… kami mendengar Paul meninggal…
Pergumulan kenapa harus ada penundaan masih belum terjawab… sampai daku membaca dan merenungkan Yohanes 11:1-12:11
11:4 “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
11:6 “Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat”
Mengapa?
11:14-15 “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya.”
Percaya apa?
11:25-26 “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.  Percayakah engkau akan hal ini?”
Apa tujuannya?
11:40 “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”
Dalam kisah itu, tidak dituliskan apa kata-kata Lazarus setelah dibangkitkan.  Hanya ada tiga catatan apa saja yang dilakukan Lazarus:
11:44 “Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh.”
12:2 “Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.”
12:11 “Sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.”
Langsung daku teringat ketika ibadah kesaksian, Paul berkata: “Sekarang bagiku yang terpenting bukan apakah penyakitku ini bisa disembuhkan atau tidak, tetapi apakah hidupku memuliakan Tuhan?”
Akhirnya terjawab sudah… Kenapa harus ada penundaan?
Supaya Paul semakin punya banyak waktu untuk menyaksikan cinta kasih Tuhan dan memuliakan Dia.
Supaya setiap orang yang berjumpa dengan Paul belajar untuk percaya akan cinta kasih Tuhan.
Lazarus yang pernah dibangkitkan oleh Yesus Kristus pada akhirnya dia mengalami kematian…
Paulmanto yang pernah “dibangkitkan” oleh Yesus Kristus pada akhirnya dia mengalami kematian…
Apakah kita tetap setia kepada apa yang telah kita percayai... bahwa Yesus Kristus adalah kebangkitan dan hidup?
Ketika kita tetap setia dan percaya, maka segala pertanyaan yang pernah ada di dalam pikiran kita akan menguap ketika kita melihat kemuliaan Allah!

Salah satu hal yang paling daku sukai di SAAT adalah… hampir setiap pagi daku bisa melihat dengan sangat jelas langit berwarna merah merekah muncul dari balik bukit… bulatan matahari yang redup lama-lama semakin terang menyilaukan mata… sejuknya udara, segarnya daun, indahnya bunga, merdunya kicauan burung, mengiringi datangnya sang mentari pagi…
Seperti malam berganti pagi… dan gelap berganti terang… biarlah duka berganti suka… dan misteri pergumulan berganti kekaguman akan kemuliaan Allah!

Selamat jalan Paulmanto… sampai jumpa lagi saudaraku!
Rencana daku yang akan menanti Paul untuk berjuang bersama menyelesaikan skripsi... Sekarang Paul yang menanti daku untuk berjuang tetap percaya dan setia kepada Tuhan!

Friday, September 6, 2013

Kenapa Harus Ada Penundaan? ~ Sebuah Misteri: Kenangan dengan Paulmanto 2



24 Mei 2011
Hari ini saudaraku Paulmanto meninggal…
Daku teringat…

Suatu sore...
Daku lihat Paul sedang setrika baju.  Daku bertanya: “Apa yang sedang dirimu pikirkan Ul?”  Dengan wajah penuh pertanyaan dia menjawab: “Mas Kris, kenapa kok sepertinya Tuhan itu menunda-nunda proses kemoterapiku di Jakarta ya?  Selalu ada saja hambatan sehingga sampai hari ini daku belum dapat kepastian kapan dapat kamarnya.  Apakah itu berarti daku gak usah dikemo lagi ya, diganti dengan obat-obatan saja?”  Kutatap matanya: “Daku gak tau Ul.  Memang kakakku yang dulu pernah sakit kanker usus besar juga tidak melanjutkan paket kemoterapinya, tetapi diganti dengan obat-obatan saja.  Sudah 7 tahun dia masih baik.  Tetapi yang daku tahu pasti adalah tanggung jawab kita untuk berusaha sebaik mungkin, dan mengisi hari seberarti mungkin!”
Lalu percakapan kami lanjutkan sambil duduk di sofa… percakapan tentang kebaikan Tuhan di tengah pergumulan…

Keesokan harinya…
“Mas Kris, dirimu da mana?” teriak Paul.  “Daku da kamar mandi Ul!” jawabku.  Paul bertanya: “Mas, dirimu berani lihat luka dan darah gak?”  Hatiku langsung tersentak: “Ada apa Ul?”  “Daku mau minta tolong dirimu untuk bantuin daku ganti perban” jawabnya.  Hatiku lega: “Oh, daku kira ada apa. Ya, setelah mandi daku ke kamarmu.”
Di kamar Paul, telah tersedia semua alat pengobatan yang dibutuhkan.  Ketika Paul buka baju dan memperlihatkan selang di tangan kanannya, hatiku tersentuh.  “Berapa lama dirimu harus memakai ini Ul?” tanyaku.  “Enam bulan mas” jawabnya.  Paul bertanya: “Gimana mas, sudah siap?”  Jawabku: “He3… Tenang aja Ul, dirimu kan tahu waktu daku kecelakaan, sampai bibir dan pelipisku sobek, daku kan merawat luka-lukaku sendiri.”  Padahal hatiku cukup gentar setelah melihat dan membayangkan betapa sakitnya yang dia rasakan.  Kemudian dia memberikan instruksi-instruksinya bagaimana cara mengganti perbannya, sambil pelan-pelan daku lakukan tiap instruksinya itu.  Hatiku semakin gentar ketika melihat ekspresi wajahnya yang menahan rasa sakit.  Setelah perbannya selesai diganti dengan yang baru, tampak di wajahnya suatu kelegaan.  Hatikupun merasa lega.  Kami berdua tersenyum dan bercanda lagi.
Sambil penuh harap Paul bertanya: “Mas Kris mau ikut wisuda bulan Mei 2012?  Batas maksimal supaya dapat ikut wisuda harus selesai kapan mas?”  Jawabku: “Iya Ul, daku berusaha ikut wisuda bersama kalian.  Batasnya awal Juli harus sudah masuk ladang.”  “Oh Ya?  Wah berarti masih ada kemungkinan dong daku bisa ikut wisuda tahun depan!”  suaranya penuh semangat.  “Iya Ul.  Ayo semangat, kita selesaikan perjuangan kita!”  sahutku dengan senang.  “Iya mas, tunggu daku ya!” jawab Paul.  “Pasti teman!” tegasku.

Di hari lain…
Pak Happy dan Bu Diah mengajak kami main ke tempat pelayanannya.  Pak Happy, Paul, Teddy, dan daku naik motor ke Tebo.  Sesampainya da sana, kami bercanda dan berbicara tentang banyak hal.  Setelah makanan siap disantap, sejenak kami mendengar ungkapan isi hati Pak Happy dan Ibu Diah, bahwa mereka sangat senang sekali bisa melihat Paul kembali, itulah sebabnya mereka mengundang kami untuk makan bersama.  Tanpa ragu-ragu, Paul mencoba semua jenis masakan yang tersedia.  Kulihat wajahnya yang cerah menikmati makanan enak yang telah dihidangkan baginya.

Di suatu malam…
Temen-temen masta yang laki-laki sepakat mengadakan acara di kamar Paul.  Setelelah semua berkumpul dan ayam goreng sudah tersedia, kami berdoa mengucapsyukur atas kebaikan Tuhan pada saudara kami Paul, yang sudah berada di tengah-tengah kami lagi.  Sambil menikmati makanan, kami bercanda dan tertawa sampai puas.  Sungguh kami menikmati kebersamaan malam itu.

Sabtu malam…
“Mas Kris, besok kita ibadah sama-sama yuk.  Setelah itu kita wisaya kuliner” ajaknya.  “Lho, bukannya dirimu harus jaga makanan Ul?” tanyaku.  Dengan tersenyum Paul menjawab: “Tenang aja mas, masih bisa diatasi kok.”

Minggu pagi…
Kami ibadah pagi di GKKK Kasin.  Semua yang kenal dengan Paul menyambutnya dengan senyuman dan semangat.  Beberapa hamba Tuhan bertanya sampai kapan dia ada di Malang, karena akan dijadwalkan pelayanan kesaksian atas kebaikan Tuhan.  Bahkan GKKK Tebo langsung memberikan kesempatan Paul pelayanan kesaksian di ibadah sore.  Setelah ibadah, kami wisata kuliner… rawon Kasin, ayam goreng Bu Kris, bebek goreng Haji Slamet.  Sorenya, Paul berangkat pelayanan di Tebo, daku pelayanan di Bareng.

Beberapa hari kemudian…
“Ul, daku minta maaf.  Kali ini daku hanya bisa menjemputmu da bandara, tetapi kemungkinan besar gak bisa antar dirimu, karena daku harus pulang ke Solo untuk menghadiri pemakaman Ibu Inge (pendeta GKKK Solo yang sakit kanker)” sambil kutatap matanya.  Sambil tersenyum Paul menjawab: “Gak papa mas, masih ada temen-temen yang bisa antar kok.”  Daku pun tersenyum: “Sampai jumpa lagi ya Ul.  Tetap semangat!”  Dengan pasti Paul menjawab: “Pasti, mas Kris!”

Daku pulang ke Solo tanpa menemukan jawaban kenapa harus ada penundaan?...
Ternyata itu menjadi momen yang terakhir daku menatap wajah Paul…
Daku pernah bertanya pada Paul: "Dirimu tidak menuliskan perjalanan imanmu bersama dengan Tuhan?" Jawabnya: "Tidak mas, karena daku lebih senang bercerita secara langsung!"... Dalam hatiku: "Andai daku punya kesempatan menuliskannya!"... Terima kasih sudah berbagi saudaraku!

Monday, September 2, 2013

Setia dalam proses belajar hal-hal yang kecil: Kenangan dengan Paulmanto 1



27 Mei 2011
Jam 05.30 WIB
Seperti biasanya, setelah selesai kerja bakti, daku olah raga basket...
Daku jadi ingat Paul berkata: "Mas Kris, ajarin daku main basket dong!"
"He3... Ul, daku gak bisa main basket... kalau nglempar bola basket daku bisa... ini gara-gara daku dulu sering nglemparin buah mangga tetangga... he3!" jawabku.
Beberapa kali kami berlajar nglempar bola basket...

Bagiku, Paul adalah pribadi yang mau belajar banyak hal untuk memperlengkapi diri jadi hamba Tuhan yang baik.

Daku masih ingat percakapan pertama kali kami terjadi di tempat mencuci...
Paul bertanya: "Mas Kris bisa mencuci?"
Bagiku itu pertanyaan yang aneh... "Bisa dong Ul!" jawabku.
"Tahu gak mas, pertama kali daku masuk SAAT, daku belum bisa mencuci.  Sejak di sinilah daku baru belajar mencuci!" sheringnya.
"Wah bagus dong Ul, kita kan hamba, masak mencuci aja kita gak bisa, ya gak?" sahutku.
"He3... iya mas!" serunya.
"Nah kalau begicu, biar dirimu semakin semakin menghayati proses belajar mencuci, bagaimana kalau sekalian dirimu mencucikan bajuku?... he3!"

Daku juga teringat Paul juga belajar bermain gitar...
"Mas Kris, daku kan sedang belajar main gitar, ajarin daku dong kunci2nya lagu yang dirimu nyanyikan di chapel... Berharap pada Tuhan!" pintanya.
"Oce deh!" jawabku.
Setelah daku tuliskan syair dan kuncinya, dia mempelajarinya dengan tekun.
"Mas Kris, daku dah bisa nih... ayo nyanyi sama-sama!" ajaknya.
Dengan permainan gitarnya yang "bagus" dan suaranya yang "indah" daku ikut bernyanyi bersamanya...
Semerdu lagu surga suara pengharapan...
sejuk bagai embun pagi yang bening...
walaupun suka dan duka datang silih berganti....
tetap teguh suara pengharapan!...
Di kala matahari bagai tersembunyi...
kelam kabut menutupi jalanku...
terus maju jangan ragu pandang pagi yang datang...
badai hidup pasti kan berlalu!...
Berharap pada Tuhan gairah kehidupan... Berharap janji-Nya) 2x

Dari sorot matanya daku dapat melihat ketulusan dan kesungguhannya dalam belajar.

Sekarang dia tidak perlu belajar lagi untuk memperlengkapi diri menjadi hamba Tuhan yang baik... karena dia sudah layak dipanggil sebagai hamba Tuhan yang baik dan setia... dan baginya telah dipercayakan suatu bagian melayani Tuhan di surga.

"Selamat melayani Dia di surga ya Ul!... Pesanku... mmm... pas ketemu, bekerja sama dan shering dengan para malaikat dan orang-orang kudus yang lain... jangan ceritakan segala keusilanku di kamar ma mereka ya Ul... sebagai bapak kamarku yang baik, dirimu harus bisa menjaga rahasia kamar kita... baik itu di bumi maupun di surga... oce?... he3!... sampai jumpa lagi sobat!"
Dalam memperlengkapi diri menjadi hamba Tuhan...
yang utama bukanlah hasilnya, tetapi prosesnya!...
Apakah kita setia menjalani prosesnya?