Friday, December 27, 2013

“Tentukan Titik Acuanmu!”


Titik acuan kita sebagai orang Kristen adalah Yesus Kristus!... Dinamika kehidupan kita yang penuh dengan paradoks terjadi supaya kita semakin serupa dengan Dia! (Rm. 8:28-29).
Oleh sebab itu…
  • Lihatlah Dia (Yoh. 1:29, 36).
  • Dengarkanlah Dia (Mat. 17:5).
  • Ikutlah Dia (Yoh. 12:26).
  • Teladanilah Dia (Yoh. 13:15).
  • Percayalah pada Dia (Yoh. 14:1).
  • Pikirkanlah dan rasakanlah Dia (Fil. 2:5).
  • Hiduplah dan matilah bagi Dia (Fil. 1:20-21).
  • Taatilah Dia (1Ptr. 1:2).
  • Sembahlah Dia (Why. 14:7).
Coba bayangkan…
Ketika kita ada di dalam sebuah mobil yang sedang berhenti di suatu jalan tanjakan, tiba-tiba mobil lain yang ada di sebelah kita bergerak maju-naik.  Apa yang kita rasakan?...
Ya benar!... Kita cenderung mengira bahwa mobil yang kita naiki sedang bergerak mundur-turun dengan nilai kecepatan yang sama besar dengan mobil lain tersebut.  Tidak heran jika reaksi kita panik, lalu spontan menginjak rem.  Itulah yang disebut gerak relative.
Jadi tanpa titik acuan yang tepat maka kita akan salah dalam menentukan kebenaran kenyataan apa yang sedang terjadi, bahkan memunculkan reaksi yang sia-sia.

Bukankah manusia jatuh dalam dosa karena salah dalam menentukan titik acuannya?...
Manusia lebih memilih mendengar kata-kata iblis daripada kebenaran Firman Tuhan!... Manusia lebih memilih melakukan kehendak dirinya daripada kehendak Allah!... Manusia menggeser dan mengganti titik acuan hidupnya dari Allah menjadi dirinya sendiri!...

Kontra dari “menjadi serupa dengan Dia” adalah “menjadi serupa dengan dunia” (Rm. 12:2).
Bercermin dari pencobaan Yesus Kristus di padang gurun, Henri Nouwen dalam bukunya The Selfless Way of Christ membahasakan pencobaan untuk menjadi serupa dengan dunia dalam tiga bentuk:
v     Godaan untuk menjadi relevan.
v     Godaan untuk menjadi orang yang mengagumkan.
v     Godaan untuk menjadi orang yang berkuasa.

Dinamika kehidupan untuk menjadi semakin serupa dengan Dia penuh dengan paradoks:
  • Di dalam Yesus Kristus terdapat kepenuhan Allah (Kol. 1:19; 2:9), tetapi Dia mengosongkan diri-Nya sendiri (Flp. 2:7).
  • Yesus Kristus merendahkan diri-Nya menjadi hamba dan taat sampai mati, tetapi Allah sangat meninggikan Dia (Flp. 2:8-9).
  • Dia adalah Raja segala raja rela menjadi hamba yang hina dan penuh penderitaan.
  • Dia adalah Hakim Agung Yang Mahabenar dan Mahaadil, rela dihakimi oleh manusia yang penuh kesalahan dan ketidakadilan.
  • Dia adalah Sang Sumber Hidup, rela mengalami penderitaan dan kematian.
  • Dia adalah Sang Air Hidup, rela mengalami kehausan.
  • Dia adalah Sang Terang dunia, rela mengalami kegelapan.
  • Dia adalah Sang Roti Hidup, rela mengalami kelaparan.
  • Dia Yang Mahakudus, rela dijadikan berdosa.
  • Ketika kita semakin dekat dengan Allah Yang Mahakudus, maka kita semakin peka dan menyadari akan keberdosaan diri dan dunia.
  • Ketika kita semakin dekat dengan Allah Yang Mahakuasa, maka kita semakin peka dan menyadari akan ketidakberdayaan diri dan dunia.
  • Ketika kita semakin dekat dengan Allah Yang Mahasempurna, maka kita semakin peka dan menyadari akan kebodohan diri dan dunia.

Dengan kepekaan dan kesadaran yang demikian, maka kita akan dapat menentukan kebenaran bahwa:
  • Dia adalah Sang Pencipta, sementara itu kita adalah ciptaan-Nya.
  • Kita adalah hina dan mulia.
  • Kita dan sesama adalah sama di hadapan-Nya, sama-sama membutuhkan kasih dan anugerah-Nya.
Dengan demikian maka reaksi dan sikap kita pun akan benar dan tepat:
  • Sujud menyembah-Nya dan mempermuliakan Nama-Nya.
  • Hidup sesuai dengan keunikan dan peran kita di dalam rencana-Nya.
  • Saling mengasihi satu dengan yang lain sebagai sesama.

Semakin dewasa pertumbuhan jasmani seseorang, maka kebergantungan kepada orangtua semakin berkurang!
Semakin dewasa pertumbuhan rohani seseorang, maka kebergantungan kepada Allah semakin bertambah!
 So… di dalam dunia yang penuh dengan kontradiksi ini, mari kita tentukan titik acuan dengan baik, benar, dan tepat… maka kita akan dapat menikmati keindahan dan kepuasan yang sejati dari paradoks kehidupan untuk semakin serupa dengan Dia!

Saturday, November 23, 2013

“Gaya Coulomb-Gaya Cinta” di mata Fisika-Theologia



Coulomb menyatakan bahwa jika ada dua muatan listrik dalam jarak tertentu, maka menimbulkan sebuah gaya.  Karena penemunya bernama Coulomb, makanya gaya itu disebut gaya Coulomb (coba kalau yang menemukan gaya icu daku, pasti gaya icu disebut gaya Kristian...he3...).  Jika dua muatan listrik tersebut berbeda, maka gaya tersebut akan tarik-menarik.  Gaya Coulomb tersebut dirumuskan sebagai berikut:

FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
            FC = Gaya Coulomb (Newton).
            k   = konstanta (9 x 109 Nm2/C2).
            Q  = Muatan listrik (Coulomb).
            r    = Jarak kedua muatan listrik (meter).

Dari persamaan tersebut terdapat dua kemungkinan:
Gaya Coulomb semakin besar jika: muatan kedua listik semakin besar, dan jarak semakin dekat.
Gaya Coulomb semakin kecil jika: muatan kedua listrik semakin kecil, dan jarak semakin jauh.

Lalu ava kaitannya dengan Gaya Cinta?...

            Seorang laki-laki dan seorang perempuan berkomunikasi berdua dalam jarak r akan menimbulkan sebuah gaya.  Nilai gaya tersebut dipengaruhi pada besarnya muatan hati dan kedekatan jarak mereka berdua.  Semakin besar “muatan” hati dan semakin dekat “jarak” mereka maka dihasilkan gaya yang semain besar.  Ada tiga tahapan gaya yang terjadi, yaitu: gaya kekaguman, gaya kasmaran, dan gaya cinta.  Masing-masing tahapan gaya merupakan sebuah pilihan.  Pilihan tersebut menentukan besarnya ”muatan” hati dan kedekatan ”jarak.”  Untuk dapat mengetahui besarnya “muatan” hati tidaklah mudah.  Oleh sebab itu gunakanlah prinsip ini: Hati mudah menipu tetapi sulit ditipu – mata mudah ditipu tetapi sulit menipu!  Dari tatapan mata, nada suara/sapaan/senyuman, tingkat kedalaman komunikasi, dan komitmen/kesetiaan pada janji, maka kita bisa mendapatkan gambaran besarnya “muatan” hati seseorang.  Sedangkan untuk dapat mengetahui kedekatan “jarak” tampak jelas dari intensitas komunikasi.  Itu sebabnya alat komunikasi menjadi sangat penting bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terpisah pada jarak yang cukup jauh.  Paulus katakan: ”jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati” (1Tes. 2:17).  Nah... gaya cinta tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut:
FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
            FC = Gaya cinta.
            k   = komitmen/kesetiaan pada janji.
            Q  = Muatan hati.
            r    = Kedekatan jarak.

So... ava kaitannya dengan teologia?...

Yohanes 3:16 ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Seberapa besar ”gaya” kasih Allah?...

            Antara Allah Sang Pencipta yang Mahakudus dengan manusia ciptaan yang penuh dosa terdapat perbedaan ”muatan” yang sangat besar dan mempunyai ”jarak” yang sangat jauh.  Efesus 2:13 ”Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu ’jauh’, sudah menjadi ’dekat’ oleh darah Kristus.”  Bahkan Yesus Kristus ”yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia” (Flp. 2:6-7).  Nah...  mari kita coba hitung berapa ”gaya” kasih Allah andaikata dirumuskan sebagai berikut:

FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
            FC = Gaya cinta Allah pada manusia.
            k   = komitmen/kesetiaan Allah pada janji-Nya yang pasti dan selalu ditepati.
            Q1 = Muatan Allah Sang Pencipta (Mahakudus).
            Q2 = Muatan manusia ciptaan (penuh dosa)
            r    = Kedekatan jarak.

Jika k, Q1 dan Q2 diberi nilai, maka menunjukkan angka yang sangat besar sekali.  Sedangkan di dalam Kristus yang “mengosongkan” diri-Nya mempunyai makna bahwa kedekatan jarak antara Allah dan manusia menjadi 0 (nol), maka semua bilangan dibagi 0 menghasilkan nilai gaya yang tak terhingga.  Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya Gaya cinta Allah pada manusia adalah tak terhingga.

Itulah sebabnya Roma 8:38-39 berkata: “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Salib adalah bukti nyata begitu besar kasih-Nya pada kita!... Dia tidak pernah gagal mengasihi kita, sekalipun kita seringkali gagal mengasihi-Nya!... Kita yang dikasihi, pasti menjadi milik-Nya... dan Dia menjadi milik kita!... Mengasihi harus memiliki... Berani mengasihi itu berarti berani terluka... Luka karena mengasihi itu mulia... Sekalipun sakit dan menderita ketika terluka, tetapi itu hanya sementara... Karena kebahagiaan sejati segera tiba! ~ Jepingxs 

Saturday, November 16, 2013

"Pulang ke Hati Bapa"



Di dalam dunia yang seharusnya ada keselarasan sesama dan alam yang menghasilkan keindahan dan kesejahteraan, tetapi seringkali yang kita dapati justru teror, pembunuhan, kejahatan, keserakahan...
Di dalam tempat kerja yang seharusnya ada relasi kerjasama yang baik, tetapi seringkali yang kita dapati justru persaingan, iri hati, saling menjatuhkan,  fitnahan...
Di dalam gereja yang seharusnya ada komunitas kasih, pelayanan dan persahabatan, tetapi seringkali yang kita dapati justru permusuhan, kemunafikan, keegoisan, arogansi kekuasaan...
Di saat-saat seperti itu rumah adalah harapan satu-satunya... tetapi...
Di dalam rumah yang seharusnya ada perlindungan dan penerimaan, tetapi seringkali yang kita dapati justru penolakan, makian, ketidakpedulian, kebencian...
Jadi ke mana aku harus pergi?...

Mari pulang ke hati Bapa!...
sebab di sana ada penerimaan seutuhnya bagi yang tertolak...
ada pemulihan yang utuh bagi yang tersakiti...
ada kasih yang sempurna bagi yang dibenci...
ada damai sejahtera sejati bagi yang takut...
ada sukacita yang abadi bagi yang menangis...
ada kuasa yang dahsyat bagi yang tak berdaya!...

Maka kita akan membawa dan menghadirkan itu semua kemanapun kita pergi... di rumah, di gereja, di tempat kerja, di dunia, dan di setiap hati sesama!

Pulanglah ke hati Bapa... hadirkan kasih Bapa... sampai kita pulang ke rumah Bapa!

~ Sebuah Refleksi Dinamika Doa yang Mengharapkan Syallom.

Thursday, November 14, 2013

"Trigonometri: Alkitab, Diri dan Matematika"



Di dalam Perjanjian Lama, termasuk di Kitab BILANGAN, ternyata ditemukan banyak keGANJILan janji Allah…
itu sebabnya harus ada Perjanjian Baru sebagai pengGENAPannya!…
Walaupun masih banyak perPECAHAN penafsiran…
makanya semua informasi jangan ditelan bulat-BULAT!…
Tetapi kita harus tetap CACAHkan dan berpikir INTEGRAL…
sehingga tidak terjadi DEFERENTSIASI!…
Sekalipun berIMAJINER, tetap harus diREALisasikan…
dengan cara menetukan KOORDINAT yang tepat…
kemudian diSUBSTITUSIkan pada zaman…
sehingga cocok dengan GRADIEN diri dan dunia…
maka iman kita akan tetap PRIMA!…
Ingat, Firman Tuhan jangan diTAMBAHi atau duKURANGi!…
Tetapi pelajarilah sampai ke akar-AKARnya…
sehingga kita pasti menemukan berkali-KALI lipat berkat-Nya…
dan mari kita BAGIkan kepada semua orang!…
Sekalipun mereka ada yang berPANGAKAT jenderal besar…
namun mereka SAMA DENGAN kita yang membutuhkan anugerah-Nya!