Thursday, October 3, 2013

Stephen Hawking vs Kristian Kusumawardana ~ Sebuah diskusi imajinatif antar Fisikawan



Hawking: Saya menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan.

Kristian: Pernyataan dan cara berpikir Anda tersebut ada 3 kesalahan. 
Pertama, Anda lupa bahwa otak sangat berbeda dengan komputer.  Kemampuan otak jauh lebih tinggi dibanding komputer.  Otak jauh lebih rumit dan kompleks dibanding komputer.  Walaupun komponen di dalam computer masih baik, tetapi jika tidak dihubungkan dengan sumber listrik, maka komputer itu mati.  Kita juga bisa dengan mudah menjelaskan bagaimana system kerja komputer.  Tetapi apakah kita dengan mudah bisa menjawab dari mana sumber energy otak?  Bagaimana otak bisa berpikir?  Apakah komponen otak bisa diganti?  Itulah sebabnya harga otak jauh lebih mahal daripada komputer.  Manusia itu makhluk hidup, komputer itu benda mati.  Jadi anggapan anda tidak realistis, sehingga menghasilkan kesimpulan yang tidak logis.  Komputer bukan terjadi secara kebetulan, tetapi manusia cerdas yang merancangnya.  Bagaimana dengan otak?  Mustahil jika otak dapat terjadi secara kebetulan.  Oleh sebab itu, ini membuktikan bahwa ada Pribadi Yang Mahacerdas yang merancangnya.  Pribadi itu lah yang manusia kenal sebagai Allah.  Kejadian 1:1,7 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi… ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk hidup.”  Jadi jelas bahwa Allah yang menciptakan dan memberi hidup.
Kedua, Anda tidak dapat berkata bahwa tidak ada kehidupan (surga) setelah kematian, karena Anda belum pernah mengalami kematian.  Tetapi Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dengan sangat jelas bahwa ada kehidupan (surga) setelah kematian.  Dari perkataan Yesus Kristus-lah maka saya mempercayai ada kehidupan (surga) setelah kematian.  Yohanes 11:25-26 “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.  Percayakah engkau akan hal ini?”  Dia buktikan perkataan-Nya itu dengan membangkitkan Lazarus yang telah mati selama 4 hari.  Yohanes 14:1-3 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.  Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.  Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.  Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.  Dan apabila Aku pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”  Dia buktikan dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga.  Itulah orang-orang yang percaya kepada-Nya sedang menanti kedatangan-Nya kembali, untuk membawa mereka ke surga.
Ketiga, apa yang anda maksud dengan kegelapan?  Manusia memang takut kegelapan.  Itulah sebabnya manusia mencari sumber terang (api, lampu, dan matahari).  Apa jadinya jika tidak ada terang?  Mata kita akan rusak dan seluruh kehidupan akan mati.  Tetapi berbeda dengan jiwa manusia.  Jiwa manusia tidak takut pada kegelapan, bahkan lebih memilih kegelapan daripada terang.  Manusia lebih memilih dosa daripada datang kepada Allah.  Buktinya, ketika Sang Terang Sejati yaitu Yesus Kristus datang ke dunia, bukankah justru manusia menolak dan membunuh-Nya?  Yohanes 1:4-5 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.  Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”
Seperti halnya mata jasmani Anda membutuhkan terang, maka mata rohani Anda juga membutuhkan Terang.  Tetapi Anda lebih memilih kegelapan.  Selagi masih ada kesempatan, bertobatlah dan percayalah kepada-Nya!"

Hawking: Ilmuwan memprediksikan bahwa ada banyak semesta yang tercipta secara spontan. Adalah masalah kesempatan saja kita ada di dalamnya.

Kristian: Ada dua hal dari pernyataan Anda yang perlu diuji. 
Pertama, seberapa Anda yakin tentang prediksi ilmuwan tersebut?  Sampai sekarang saja para ilmuwan tidak mampu memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa besar gempa bumi yang akan terjadi, apalagi memprediksikan terciptanya alam semesta.  Para ilmuwan saja sudah dibuat sangat pusing dan telah menghabiskan beaya sangat besar untuk mempelajari Mars, tetapi masih banyak misteri, apalagi mempelajari alam semesta.  Ilmuwan yang baik seharusnya objektif dan berani jujur bahwa kebenaran dari prediksi itu masih diragukan, tetapi kebenaran dari hukum (misal hokum gravitasi) itu bersifat pasti.
Kedua, apa yang Anda maksud dengan kesempatan?  Coba cermati peristiwa pembuahan.  Ada jutaan sel sprema, tetapi hanya satu yang berhasil membuahi sel ovum.  Lho, bukankah semua masing-masing mempunyai kesempatan yang sama, tetapi kenapa yang berhasil hanya satu sel sperma?  Apakah karena satu sel sperma itu yang paling kuat dan paling cepat sehingga berhasil membuahi sel ovum?  Belum tentu!  Jika demikian, apakah itu terjadi secara spontan atau kebetulan?  Saya yakin tidak!  Ada Pribadi Yang Mahaberdaulat yang bekerja di dalamnya.  Kesempatan ada karena ada Pribadi Yang Mahaberdaulat yang membuka dan memberikannya. 

Hawking: Kita harus menemukan nilai tertinggi dari tindakan kita.

Kristian: Ada dua hal yang akan saya paparkan secara singkat. 
Pertama, apa yang Anda maksud dengan nilai tertinggi?  Siapa yang berhak menetapkan, menentukan, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut bernilai apa tidak?  Jika manusia yang berhak, maka akan mengakibatkan relativitas penilaian terhadap suatu tindakan.  Misalkan, berdoa.  Ada orang yang menganggap bahwa tindakan berdoa itu bernilai tinggi.  Tetapi bagi orang lain tindakan tersebut tidak bernilai dan sia-sia. Lalu mana yang benar?  Padahal nilai tertinggi itu harus berlaku bagi semua manusia dimanapun dan kapanpun, itu syarat mutlak dan absolut.  Oleh sebab itu lah kita harus mengakui adanya Pribadi Yang Mahabernilai, Mahamutlak, Mahaabsolut, dan Mahaberhak, yaitu Allah. 
Kedua, pernyataan Anda sebenarnya bukanlah pernyataan yang baru, sebab sudah ribuan tahun yang lalu sudah ditulis di dalam Alkitab.  Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka memilih untuk menentukan benar dan salah menurut mereka sendiri, bukan menurut Allah.  Akibatnya jelas, yaitu malu, takut, dan mati.  Jadi, hanya Allah yang berhak menentukan nilai tertinggi, dan hanya Alkitab yang menjadi panduan atas tindakan kita tersebut dalam kebenaran-Nya.

Hawking: Saya telah hidup dengan prediksi kematian dini selama 49 tahun. Saya tak takut mati, tetapi saya juga tak buru-buru ingin mati. Saya masih punya banyak hal yang perlu saya lakukan.

Kristian: Ada tiga hal yang akan saya tunjukkan. 
Pertama, pernyataan Anda tersebut bertentangan dengan pernyataan Anda sebelumnya.  Anda percaya bahwa prediksi ilmuwan tentang alam semesta terjadi spontan, tetapi Anda tidak mempercayai prediksi ilmuwan tentang kematian dini Anda.  Ini menunjukkan ketidakkonsistenan Anda.  Bukankah Anda telah mengetahui dan mengalami sendiri bahwa prediksi ilmuwan tidak selalu benar, dan bahkan salah? 
Kedua, Anda tidak takut mati karena percaya bahwa setelah kematian tidak ada kehidupan (surga).  Banyak orang juga tidak takut mati karena percaya bahwa setelah kematian ada kehidupan (surga).  Mana yang benar?  Tidak mungkin dua pernyataan yang berbeda dan bertentangan sama-sama mempunyai kebenaran.  Pasti yang satu benar dan yang lain salah.  Anda tidak buru-buru ingin mati, karena masih ingin melakukan banyak hal yang Anda percaya bernilai tertinggi.  Lho, bukankah Anda percaya bahwa setelah kematian tidak ada kehidupan (surga), untuk apa nilai tertinggi itu?  Bukankah nilai tertinggi itu akan menjadi sia-sia belaka?  Berbeda dengan Paulus, dia berkata bahwa: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja member buah” (Flp. 1:21-22a).  Kenapa?  Karena dia percaya bahwa nilai tertinggi yang dimilikinya tersebut akan dinikmatinya di dalam kekekalan. 
Ketiga, saya melihat bahwa Allah telah memberimu banyak sekali kesempatan, tetapi Anda telah sia-siakan.  Secara sains dan prediksi ilmuwan, yang Anda puja-puja, Anda seharusnya telah mati sejak dulu, tetapi Allah masih memberimu kesempatan untuk tetap hidup, dan bahkan kecerdasan yang tinggi.  Untuk apa?  Supaya Anda bertobat dan mempermuliakan Tuhan!  Tetapi, sampai detik ini Anda tidak mau kembali kepada-Nya, dan bahkan menghujat Dia.  Hal ini justru membuktikan betapa sabarnya dan baiknya Allah pada diri Anda, sekaligus membuktikan betapa jahatnya dosa yang ada di dalam diri Anda.  Apakah hidup dan tindakan seperti itu yang Anda anggap sebagai nilai tertinggi?  Oh, betapa menyedihkan sekali diri Anda!  Oleh sebab itu, sekali lagi, selagi masih ada kesempatan, maukah Anda bertobat?  Yesus Kristus mengasihimu, mari kita datang pada Dia hai saudaraku!

Roma 1:18-23 dengan sangat jelas dan tegas menjelaskan bahwa wahyu umum dan wahyu khusus tidaklah saling bertentangan, serta menunjukkan bahwa betapa sia-sianya pikiran manusia dan betapa bodohnya hati manusia.  Jadi Hawking, ijinkan Dia menjamah hatimu, mengangkat bebanmu, dan memulihkan jiwamu yang penuh noda, luka, dan derita itu, supaya Dia mengubahmu menjadi ciptaan yang baru, sehingga hidupmu bermakna dan mempunyai nilai tertinggi yang sejati.