Seperti Sang Badut yang sudah tak
lucu lagi…
Ia mencoba untuk melucu… tetapi
tak lucu bagi mereka…
Ia berusaha mengerahkan apa yang
ada di dalam dirinya…
Tetapi… itu pun sudah tidak
berarti juga…
Bahkan cacian dan makian yang ia…
dapatkan…
Ia duduk termenung… merenungi
hidupnya sebagai badut… “badut yang tak lucu lagi”…
Coretan air mata badut di
pipinya… ternyata telah menjadi air mata sungguhan…
Ia bukan lagi badut yang lucu…
tetapi badut yang cengeng…
Ia hanya ingin ditertawakan…
Ia ingin
membuat orang lain… penonton… “penonton setianya” tertawa… bahagia…
Mungkin ia
terlalu banyak bermimpi…
Di saat
seperti ini... ia tidak ingin ”belas kasihan”...
Ia hanya
ingin penonton... ”penonton setianya”... mengerti dia...
Selama ini
ia ingin mereka tahu apa yang ia lakukan... apa yang ia harapkan... apa yang ia
rasakan...
Akhirnya ia
menyadari... mungkin semua itu... terlalu berlebihan...
Ia sadar
terlalu memikirkan dirinya sendiri... masalahnya sendiri... hidupnya sendiri...
Dan selama
ini... ia tidak menyadari akan kehidupannya sebagai badut...
Akan
perlunya orang lain... penonton... dan ”penonton setianya”...
Untuk
tertawa... untuk bahagia... untuk gembira...
Ia tidak
memikirkan tentang harapan orang lain... harapan penonton...
Terlebih
harapan ”penonton setianya”...
Sekarang di
dalam hatinya tumbuh benih kerinduan untuk menjadi ”badut yang lucu”...
Yang dapat
membuat orang lain tertawa... membuat pemontonnya gembira...
Membuat
”penonton setianya” bahagia...
Dan membuat
sirkus menjadi semarak... penuh sukacita...
Salam & doa
Sang Badut
0 comments:
Post a Comment