Monday, April 22, 2013

Aku Sang Badut



Seperti Sang Badut yang sudah tak lucu lagi…
Ia mencoba untuk melucu… tetapi tak lucu bagi mereka…
Ia berusaha mengerahkan apa yang ada di dalam dirinya…
Tetapi… itu pun sudah tidak berarti juga…
Bahkan cacian dan makian yang ia… dapatkan…

Ia duduk termenung… merenungi hidupnya sebagai badut… “badut yang tak lucu lagi”…
Coretan air mata badut di pipinya… ternyata telah menjadi air mata sungguhan…
Ia bukan lagi badut yang lucu… tetapi badut yang cengeng…

Ia hanya ingin ditertawakan…
Ia ingin membuat orang lain… penonton… “penonton setianya” tertawa… bahagia…
Mungkin ia terlalu banyak bermimpi…

Di saat seperti ini... ia tidak ingin ”belas kasihan”...
Ia hanya ingin penonton... ”penonton setianya”... mengerti dia...
Selama ini ia ingin mereka tahu apa yang ia lakukan... apa yang ia harapkan... apa yang ia rasakan...

Akhirnya ia menyadari... mungkin semua itu... terlalu berlebihan...
Ia sadar terlalu memikirkan dirinya sendiri... masalahnya sendiri... hidupnya sendiri...
Dan selama ini... ia tidak menyadari akan kehidupannya sebagai badut...
Akan perlunya orang lain... penonton... dan ”penonton setianya”...
Untuk tertawa... untuk bahagia... untuk gembira...
Ia tidak memikirkan tentang harapan orang lain... harapan penonton...
Terlebih harapan ”penonton setianya”...

Sekarang di dalam hatinya tumbuh benih kerinduan untuk menjadi ”badut yang lucu”...
Yang dapat membuat orang lain tertawa... membuat pemontonnya gembira...
Membuat ”penonton setianya” bahagia...
Dan membuat sirkus menjadi semarak... penuh sukacita...

Salam & doa
Sang Badut

Monday, April 15, 2013

CINTA


Cinta hadir seperti...
Tetesan bening embun pagi... yang membasahi kuncup mawar yang mulai merekah...
Tetesan hujan yang semakin deras... yang memberikan kesegaran pada tanah yang telah lama kering memecah...
Tetesan air susu seorang ibu... yang memberikan kelegaan bagi bayinya dengan belaian kasih sayang...

Harumnya Cinta seperti...
Melati putih... yang mulai bermekaran...
Peluh keringat seorang ayah... saat bekerja... memeras raga... untuk keluarga...

Kehangatan Cinta seperti...
Sinar mentari... yang memberikan kehangatannya pada bumi... tak pernah berhenti...

Indahnya Cinta seperti...
Pantai di kala senja... dengan sinar mentari kemerahan... tenggelam di ujung samudra...
Gunung... bukit... yang ditaburi hijaunya cemara... dengan pucuknya yang menggapai dari lembahnya...
Danau... yang bening... tenang... sementara sepasang angsa putih berenang menyusurinya...

Dan Cinta seperti...
Lilin putih... yang menerangi dengan sinar kecilnya... ditengah-tengah kegelapan hati manusia...

Cinta... kehadirannya... keharumannya... kehangatannya... keindahannya... tak terkatakan...
Cinta...mampu menembus dalamnya hati dan jiwa...

Saturday, April 13, 2013

“Tekanan Hidup” di mata Fisika-Teologia


Tekanan adalah berat benda per satuan luas permukaan.  Jadi semakin luas permukaan, maka tekanan yang dihasilkan semakin kecil. 

Jika ada sebuah balok berukuran 1 x 2 x 3 meter, dengan berat 600 Newton, maka berapa tekanan terkecilnya?  Untuk mendapatkan tekanan terkecil, maka kita tidak bisa mengubah berat balok tersebut.  Tetapi kita bisa mengubah posisi balok sedemikian rupa, sehingga dihasilkan luas permukaan terbesar. 

Ada 3 kemungkinan luas permukaan: 1 x 2 atau 2 x 3 atau 3 x 1.  Dari ke-3 kemungkinan tersebut, maka jelas bahwa luas permukaan terbesar adalah 2 x 3.  Akhirnya tekanan terkecil balok tersebut adalah 100 Pascal.

            Itu menurut fisika, lalu bagaimana menurut teologia?  Ayub 36:16 ”ke tempat yang luas, bebas dari tekanan.”  Wah luar biasa!  Ternyata prinsip dasarnya sama lho!  Mari kita perhatikan 3 kata kunci: tekanan, berat/beban, luas.

            Apa yang membuat manusia mempunyai ”beban yang berat”?

       Karena ada Dosa!  Mazmur 38:5 ”Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku.”  Apa solusinya?  Mengaku dan terbuka seluas-luasnya di hadapan Allah!  Jika tidak, maka tekanan hidup akan semakin besar.  Mazmur 32:4 ”Sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat.”

      Karena Ijin Allah!  Ayub 7:20 ”Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku”  Kenapa Allah mengijinkan?  Tujuannya adalah ”supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah” (2Kor. 1:8-9) dan ”supaya ada keseimbangan” (2Kor. 8:13).  Apa solusinya?

Ø  Berilah kesempatan seluas-luasnya kepada Yesus.  Matius 11:28 ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Ø  Berilah kesempatan seluas-luasnya kepada saudara seiman.  Galatia 6:2 ”Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu!”

Ingat!...Kita mungkin tidak bisa menghindar dan mengubah beban yang berat, tetapi kita bisa mengubah sudut pandang pergumulan tersebut dengan cara yang berbeda, sehingga tekanan hidup menjadi ringan!

Bagaimana caranya mengubah sudut pandang pergumulan?...Carilah penyebab adanya beban yang berat tersebut, lalu ikuti petunjuk solusinya!  Dengan demikian, maka kita dapat berseru bersama pemazmur:

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? 

Berharaplah kepada Allah!

Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

(Mzm 42:6, 12)