Sunday, May 12, 2013

Masih Ingatkah atau Sudah Lupakah?

Apakah yang seringkali membuat diri kita menderita di dalam hidup ini?  Dari sekian banyak jawaban, ada satu pernyataan yang cukup menarik bagi saya: “Kita menderita jikalau kita mengingat apa yang seharusnya kita lupakan, tetapi kita justru melupakan apa yang seharusnya kita ingat!”
          Allah telah mendesin tubuh kita ini dengan begitu ajaib dan super canggih.  Salah satu bagian tubuh yang penuh misteri adalah otak.  Seorang ilmuwan, penulis, dan ateis, Issac Asimov mengakui bahwa “otak adalah materi yang terumit dan teratur di alam semesta.”  Bagaimana tidak menakjubkan jika ternyata otak mempunyai 10-100 milyar neuron dan panjang dendrit 160.000 km (4 kali keliling bumi di garis khatulistiwa).  Otak juga mampu menampung 1014 bit informasi (setara dengan 25 juta buku).  Bahkan kini penderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS), sekalipun seluruh tubuhnya mengalami kelumpuhan, tetapi melalui elektroda-elektroda yang dipasang di kepalanya untuk menangkap 4 tipe golombang yang berbeda, maka mereka dapat mengendalikan layar computer dengan memanipulasi gelombang otak yang disebut slow cortical potensials (Fisikawan masyur asal Inggris, Stephen Hawking, salah satu pengidap ALS).
          Dari sekian banyak hal yang diteliti oleh para ahli tentang otak, salah satunya adalah sistem dan fungsi otak untuk mengingat.  Seorang pakar pendidikan dan informasi, Jeremy Campbell berkata: “Mengingat tidak terjadi secara otomatis… Makna adalah unsur yang penting dalam mengingat.”  Ingatan juga dipengaruhi oleh kejernihan berpikir dan keadaan emosi seseorang.  Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa melihat gambar visual ternyata memicu ingatan lebih hebat dibandingkan dengan mendengar.  Bahkan masing-masing pribadi mempunyai gaya belajarnya sendiri untuk dapat mengingat dengan baik.  Tidaklah mengherankan jika manusia berusaha keras untuk memaksimalkan fungsi otaknya sehingga dapat mengingat dengan cepat dan banyak.
          Suatu ketika Simonides, seorang guru Yunani kuno, menawarkan diri untuk mengajari Themistokles tentang seni mengingat.  Setelah beberapa waktu, Themistokles datang kepada gurunya dan berkata: “Jangan ajari aku seni mengingat lagi.  Tetapi ajari aku seni melupakan saja, karena aku ingat hal-hal yang tidak ingin kuingat, tetapi tidak dapat melupakan hal-hal yang ingin kulupakan.”  William James pernah berkata: “Dalam penggunaan praktis kepandaian kita, fungsi melupakan sama pentingnya dengan mengingat.  Kalau kita ingat segala sesuatu, dalam kebanyakan kasus kita akan sama malangnya dengan tidak ingat apa-apa.”  Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah “Apa yang seharusnya kita ingat dan apa yang seharusnya kita lupakan?”  Ketika kita salah menentukannya, maka penderitaanlah yang kita alami di dalam hidup ini.
          Puji Tuhan, Alkitab memberikan kita pedoman dan petunjuk dalam menentukan apa yang seharusnya kita ingat atau lupakan. 
Apa saja yang harus kita ingat atau tidak boleh kita lupakan?
  • Pertama, kita harus ingat atau tidak boleh lupa akan Tuhan (karakter, firman, dan karya-Nya).  Musa berkata kepada umat Israel: “Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian Tuhan, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu” (Ul. 4:23).  “Ingallah selalu apa yang dilakukan Tuhan, Allahmu, terhadap Firaun dan seluruh Mesir (Ul. 7:18).  “Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu” (Ul. 8:18).  Azaf memuji Tuhan dengan bernyanyi: “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala” (Mzm. 77:12).  Daud bernyanyi: “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” (Mzm. 103:2).  “Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku” (Mzm. 119:93).  Pengkhotbah memberi peringatan: “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’” (Pkh. 12:1).  Penulis Ibrani berseru: “Ingatlah selalu akan Dia” (Ibr. 12:3). 
  • Kedua, kita harus ingat atau tidak boleh lupa siapa dan bagaimana diri kita.  Musa berkata kepada umat Israel: “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung” (Ul. 5:15; 15:15; 24:18, 22).  Yohanes berkata kepada jemaat di Efesus: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!  Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan” (Why. 2:5) dan kepada jemaat di Sardis: “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya, turutilah itu dan bertobatlah!” (Why. 3:3).
  • Ketiga, kita harus ingat atau tidak boleh lupa perjalanan kehidupan kita bersama Tuhan.  Musa berkata kepada umat Israel: “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini” (Ul. 8:2).  Ibrani berseru: “Ingatlah akan masa lalu” (Ibr. 10:32).
  • Keempat, kita harus ingat atau tidak boleh lupa pemimpin dan sesama kita.  Paulus berkata kepada jemaat Kristen: “Dan aku mengingat kamu dalam doaku” (Ef. 1:16; Rm. 1:9).  Penulis Ibrani berseru: “Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman.  Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.  Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu.  Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.  Dan jangalah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah” (Ibr. 13:3, 7, 16).
Sarana apa yang dapat membuat kita selalu ingat atau tidak pernah lupa akan hal-hal tersebut di atas?
  • Symbol.  Musa berkata kepada umat Israel: “Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah Tuhan” (Bil. 15:39).  Yesus Kristus mengambil roti dan berkata kepada murid-murid-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19).
  • Peristiwa dan pergumulan.  Ketika para perempuan melihat kubur Yesus Kristus kosong dan berjumpa dengan malaikat, “Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu” (Luk. 24:8).  Musa berkata kepada umat Israel: “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu.  Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu” (Ul. 4:9).  Bani Korah bernyanti: “Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu” (Mzm. 42:7).  Yunus berseru: “Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus” (Yun. 2:7). 
  • Para pemimpin.  Petrus berkata kepada jemaat Kristen: “Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.  Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menganggalkan kemah tubuhku ini” (2Ptr. 1:12-13).
  • Roh Kudus.  Yesus Kristus berkata kepada murid-murid-Nya: “Dialah akan mengingatkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26).
Mengapa kita harus mengingat atau tidak boleh melupakan itu semua?
  • Karena Allah juga ingat atau tidak lupa siapakah kita.  Daud bernyanyi: “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu” (Mzm. 103:14).  Allah berkata: “Dapatkan seorang perempuan melupakan bayinya, sehingg ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?  Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.  Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku” (Yes. 49:15-16).  Yesus Kristus berkata: “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit?  Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah” (Luk. 12:6).
  • Karena Allah juga ingat atau tidak lupa akan janji-Nya kepada kita.  “Aku ingat kepada perjanjian-Ku” (Kel. 6:4).  “Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan” (1Taw. 16:15).
Apa yang harus kita lupakan atau tidak perlu diigingat-ingat lagi?
  • Dosa dan kesalahan orang lain.  Mengapa?  Karena Allah telah melupakan dan tidak mengingat-ingat dosa dan kesalahan kita.  “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu” (Yes. 43:25).  “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka” (Ibr. 8:12; 10:17).
  • Segala sesuatu yang bersifat fana.  Paulus berkomitmen: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku” (Flp. 3:13).
Hukuman Allah kepada orang Israel menjadi peringatan keras kepada kita, karena:
  • “Kami teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa” (Bil. 11:5).
  •  “Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mereka melupakan Tuhan, Allah mereka” (Hak. 3:7).  “Orang Israel tidak ingat kepada Tuhan, Allah mereka, yang telah melepaskan mereka dari tangan semua musuhnya di sekelilingnya” (Hak. 8:34).
  • “Tetapi umat-Ku telah melupakan Aku, mereka telah membakar korban kepada dewa kesia-siaan” (Yer. 18:15).
  • “Dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu” (Hos. 4:6). “Ketika mereka makan rumput, maka mereka kenyang; setelah mereka kenyang, maka hati mereka meninggi; itulah sebabnya mereka melupakan Aku” (Hos. 13:6).

0 comments:

Post a Comment