Coulomb menyatakan bahwa jika ada dua muatan listrik
dalam jarak tertentu, maka menimbulkan sebuah gaya. Karena penemunya
bernama Coulomb, makanya gaya itu disebut gaya Coulomb (coba kalau yang
menemukan gaya icu daku, pasti gaya icu disebut gaya Kristian...he3...).
Jika dua muatan listrik tersebut berbeda, maka gaya tersebut akan
tarik-menarik. Gaya Coulomb tersebut dirumuskan sebagai berikut:
FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
FC = Gaya Coulomb (Newton).
k = konstanta (9 x 109 Nm2/C2).
Q = Muatan listrik (Coulomb).
r = Jarak kedua muatan listrik (meter).
Dari persamaan tersebut terdapat dua kemungkinan:
Gaya Coulomb semakin besar jika: muatan kedua listik
semakin besar, dan jarak semakin dekat.
Gaya Coulomb semakin kecil jika: muatan kedua listrik
semakin kecil, dan jarak semakin jauh.
Lalu ava kaitannya dengan Gaya Cinta?...
Seorang laki-laki dan seorang perempuan berkomunikasi berdua dalam jarak r
akan menimbulkan sebuah gaya. Nilai gaya tersebut dipengaruhi pada
besarnya muatan hati dan kedekatan jarak mereka berdua.
Semakin besar “muatan” hati dan semakin dekat “jarak” mereka maka dihasilkan
gaya yang semain besar. Ada tiga tahapan gaya yang terjadi, yaitu: gaya
kekaguman, gaya kasmaran, dan gaya cinta. Masing-masing tahapan gaya
merupakan sebuah pilihan. Pilihan tersebut menentukan
besarnya ”muatan” hati dan kedekatan ”jarak.” Untuk dapat mengetahui
besarnya “muatan” hati tidaklah mudah. Oleh sebab itu gunakanlah prinsip
ini: Hati mudah menipu tetapi sulit ditipu – mata mudah ditipu tetapi sulit
menipu! Dari tatapan mata, nada suara/sapaan/senyuman, tingkat
kedalaman komunikasi, dan komitmen/kesetiaan pada janji, maka kita bisa
mendapatkan gambaran besarnya “muatan” hati seseorang. Sedangkan untuk
dapat mengetahui kedekatan “jarak” tampak jelas dari intensitas
komunikasi. Itu sebabnya alat komunikasi menjadi sangat penting
bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terpisah pada jarak yang
cukup jauh. Paulus katakan: ”jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati”
(1Tes. 2:17). Nah... gaya cinta tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut:
FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
FC = Gaya cinta.
k = komitmen/kesetiaan pada janji.
Q = Muatan hati.
r = Kedekatan jarak.
So... ava kaitannya dengan teologia?...
Yohanes 3:16 ”Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.”
Seberapa besar ”gaya” kasih Allah?...
Antara Allah Sang Pencipta yang Mahakudus dengan manusia ciptaan yang penuh
dosa terdapat perbedaan ”muatan” yang sangat besar dan mempunyai ”jarak” yang
sangat jauh. Efesus 2:13 ”Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu
yang dahulu ’jauh’, sudah menjadi ’dekat’ oleh darah
Kristus.” Bahkan Yesus Kristus ”yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama seperti manusia” (Flp. 2:6-7). Nah... mari
kita coba hitung berapa ”gaya” kasih Allah andaikata dirumuskan sebagai
berikut:
FC = k.(Q1 x Q2) /r2
Dimana:
FC = Gaya cinta Allah pada manusia.
k = komitmen/kesetiaan Allah pada janji-Nya yang pasti dan selalu
ditepati.
Q1 = Muatan Allah Sang Pencipta (Mahakudus).
Q2 = Muatan manusia ciptaan (penuh dosa)
r = Kedekatan jarak.
Jika k, Q1 dan Q2 diberi nilai, maka menunjukkan angka
yang sangat besar sekali. Sedangkan di dalam Kristus yang “mengosongkan”
diri-Nya mempunyai makna bahwa kedekatan jarak antara Allah dan manusia menjadi
0 (nol), maka semua bilangan dibagi 0 menghasilkan nilai gaya yang tak
terhingga. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya Gaya cinta
Allah pada manusia adalah tak terhingga.
Itulah sebabnya Roma 8:38-39 berkata: “Sebab aku
yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.”
Salib adalah bukti nyata begitu besar kasih-Nya pada
kita!... Dia tidak pernah gagal mengasihi kita, sekalipun kita seringkali gagal
mengasihi-Nya!... Kita yang dikasihi, pasti menjadi milik-Nya... dan Dia
menjadi milik kita!... Mengasihi harus memiliki... Berani mengasihi itu berarti
berani terluka... Luka karena mengasihi itu mulia... Sekalipun sakit dan
menderita ketika terluka, tetapi itu hanya sementara... Karena kebahagiaan
sejati segera tiba! ~ Jepingxs