Saturday, July 20, 2013

Kepemimpinan – Kebhinekaan: Sebuah Refleksi Atas Krisis di Negeriku!



Pergumulan hidup akibat perbedaan antara harapan dan realita seharusnya membuat manusia semakin sadar bahwasanya manusia penuh dengan keterbatasan dan kerapuhan.  Sejarah membuktikan bahwa segala usaha manusia untuk mencapai harapan tertinggi dan sejati ternyata sia-sia belaka.  Bangsa Indonesia sesungguhnya mempunyai tanah sangat subur dan kaya raya.  Bayangkan saja, selama lebih dari 350 tahun bangsa ini  dijajah oleh Belanda dan Jepang, lebih dari 50 tahun negeri ini dipimpin dan dikelola oleh para koruptor, dan entah sudah berapa lama bangsa-bangsa asing mengambil keuntungan melalui perdagangan, pencurian, dan penipuan.  Tetapi lihatlah, kekayaan bangsa ini tetap saja melimpah.  Bukankah seharusnya kehidupan seluruh rakyatnya akan makmur dan sejahtera?  Ternyata itu hanyalah tinggal harapan saja, karena realitanya terlalu banyak rakyat yang hidup dalam kekurangan dan kemiskinan, sementara itu segelintir orang hidup di dalam kelimpahan dan kekayaan dari korupsi dan keegoisan.  Ini bukti nyata dari ketidakadilan.  Oleh sebab itu, pengharapan mesianis akan datangnya Ratu Adil yang akan memimpin bangsa ini telah menembus zaman monarkhi dan demokrasi, karena ketidakadilan pun terus bercokol di negeri ini.
          Yang menarik perhatian daku adalah ternyata kekristenan juga turut mewarnai perkembangan konsep Ratu Adil.  Kyai Tunggul Wulung dan Kyai Sadrach memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Ratu Adil yang sejati, sehingga ratusan orang dapat percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dalam waktu beberapa tahun saja.  Namun kontekstualisasi tersebut tidak dapat berkembang karena ada tekanan dari pemerintah Belanda.  Memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Ratu Adil dianggap berbahaya bagi pemerintah Belanda, karena konsep Ratu Adil berbau politis sehingga penjajah takut akan memunculkan pemberontakan yang menuntut kemerdekaan dan keadilan.  Akibatnya, Kyai Tunggul Wulung dan Kyai Sadrach disingkirkan dari kepemimpinan gereja Jawa.  Pola pemerintah Belanda ini pun juga ditiru oleh pemerintah Indonesia yang bermental korup.  Mereka berusaha membungkam suara tuntutan keadilan. 
Oleh sebab itu, menurut daku, gereja seharusnya terus memberitakan Yesus Kristus sebagai Ratu Adil yang sejati.  Bukan hanya supaya dapat membawa banyak orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus saja, tetapi juga mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan di negeri ini.  Gereja juga harus bertanggung jawab atas terjadinya krisis kepemimpinan dan disintegrasi kebhinekaan di negeri ini.  Oh andaikata gereja yang katanya ber-Tuhan-kan Yesus Kristus sungguh-sungguh memper-Tuhan-kan Dia di dalam setiap aspek kehidupan, maka kehidupan yang penuh keadilan dan damai sejahtera dapat dinikmati bukan hanya kelak di sorga saja, bukan hanya di dalam hati saja, dan bukan hanya bagi kelompok diri sendiri saja, tetapi juga dapat dinikmati kini, di negeri ini, dan bagi seluruh rakyat.  Sudah seberapa jauhkan gereja turut berperan untuk mengatasi krisis kepemimpinan dan disintegrasi kebhinekaan di negeri ini?
Dimana ada kegelapan disitulah seharusnya gereja bercahaya!!!

0 comments:

Post a Comment