Pergumulan hidup akibat
perbedaan antara harapan dan realita seharusnya membuat manusia semakin sadar
bahwasanya manusia penuh dengan keterbatasan dan kerapuhan. Sejarah
membuktikan bahwa segala usaha manusia untuk mencapai harapan tertinggi dan sejati
ternyata sia-sia belaka.
Bangsa Indonesia sesungguhnya mempunyai tanah sangat subur dan kaya raya.
Bayangkan saja, selama lebih dari 350 tahun bangsa ini dijajah oleh
Belanda dan Jepang, lebih dari 50 tahun negeri ini dipimpin dan dikelola oleh
para koruptor, dan entah sudah berapa lama bangsa-bangsa asing mengambil
keuntungan melalui perdagangan, pencurian, dan penipuan. Tetapi lihatlah,
kekayaan bangsa ini tetap saja melimpah. Bukankah seharusnya kehidupan
seluruh rakyatnya akan makmur dan sejahtera? Ternyata itu hanyalah
tinggal harapan saja, karena realitanya terlalu banyak rakyat yang hidup dalam
kekurangan dan kemiskinan, sementara itu segelintir orang hidup di dalam
kelimpahan dan kekayaan dari korupsi dan keegoisan. Ini bukti nyata dari
ketidakadilan. Oleh sebab itu, pengharapan mesianis akan datangnya Ratu
Adil yang akan memimpin bangsa ini telah menembus zaman monarkhi dan demokrasi,
karena ketidakadilan pun terus bercokol di negeri ini.
Yang menarik perhatian daku adalah
ternyata kekristenan juga turut mewarnai perkembangan konsep Ratu Adil.
Kyai Tunggul Wulung dan Kyai Sadrach memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Ratu
Adil yang sejati, sehingga ratusan orang dapat percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus dalam waktu beberapa tahun saja. Namun kontekstualisasi tersebut
tidak dapat berkembang karena ada tekanan dari pemerintah Belanda.
Memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Ratu Adil dianggap berbahaya bagi
pemerintah Belanda, karena konsep Ratu Adil berbau politis sehingga penjajah
takut akan memunculkan pemberontakan yang menuntut kemerdekaan dan
keadilan. Akibatnya, Kyai Tunggul Wulung dan Kyai Sadrach disingkirkan
dari kepemimpinan gereja Jawa. Pola pemerintah Belanda ini pun juga
ditiru oleh pemerintah Indonesia yang bermental korup. Mereka berusaha
membungkam suara tuntutan keadilan.
Oleh sebab itu, menurut daku,
gereja seharusnya terus memberitakan Yesus Kristus sebagai Ratu Adil yang
sejati. Bukan hanya supaya dapat membawa banyak orang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus saja, tetapi juga mampu menghadirkan keadilan dan
kesejahteraan di negeri ini. Gereja juga harus bertanggung jawab atas
terjadinya krisis kepemimpinan dan disintegrasi kebhinekaan di negeri
ini. Oh
andaikata gereja yang katanya ber-Tuhan-kan Yesus Kristus sungguh-sungguh
memper-Tuhan-kan Dia di dalam setiap aspek kehidupan, maka kehidupan yang penuh
keadilan dan damai sejahtera dapat dinikmati bukan hanya kelak di sorga saja,
bukan hanya di dalam hati saja, dan bukan hanya bagi kelompok diri sendiri
saja, tetapi juga dapat dinikmati kini, di negeri ini, dan bagi seluruh
rakyat. Sudah seberapa jauhkan gereja turut berperan untuk mengatasi
krisis kepemimpinan dan disintegrasi kebhinekaan di negeri ini?
Dimana
ada kegelapan disitulah seharusnya gereja bercahaya!!!
0 comments:
Post a Comment