Seberapa
repotkah Saudara ketika akan memberi hadiah untuk “pribadi” yang paling Saudara
kasihi? Bagiku, mencari,
memilih, dan mempersiapkan hadiah untuk “pribadi” yang paling dikasihi adalah
salah satu kegiatan yang rumit untuk dipikirkan dan sulit untuk dilakukan.
Lebih rumit dan lebih sulit daripada memikirkan dan mengerjakan soal-soal
Olimpiade Fisika. Mengapa? Karena
hadiah tersebut melibatkan suatu harapan dari dua pribadi yang berbeda, yaitu
harapan si pemberi dan harapan si penerima. Ada harapan bahwa hadiah
tersebut dapat mengungkapkan perasaan terdalam dari si pemberi. Sekaligus
ada harapan bahwa hadiah tersebut juga dapat membahagiakan dan memuaskan si
penerima. Untuk memenuhi harapan si pemberi dan harapan
si penerima, maka dibutuhkan pertimbangan yang matang. Apa hadiah yang
tepat? Dimana hadiah itu bisa diperoleh? Kapan hadiah itu
diberikan? Bagaimana cara memberikan hadiah tersebut? Dan masih
banyak lagi pertanyaan yang harus digumulkan jawabannya. Seberapa dalam kita mengenal
diri kita sendiri dan mengenal “pribadi” yang paling kita kasihi, menentukan
seberapa besar harapan yang akan terpenuhi melalui hadiah tersebut.
Si pemberi harus sungguh-sungguh mengenal perasaan apa yang terdalam di
hatinya. Si pemberi juga harus sungguh-sungguh mengenal apa yang paling
bisa membahagiakan dan memuaskan “pribadi” yang paling dikasihinya.
Ketika
kita ingin hadiah tersebut sungguh-sungguh istimewa dan berarti bagi “pribadi”
yang paling kita kasihi, maka pasti kita akan rela menyediakan banyak waktu,
pikiran, dan tenaga untuk mempersiapkannya. Mata kita
terus melihat-lihat, tangan kita terus memilah-milah, dan kaki kita terus
melangkah dari satu tempat ke tempat yang lain, sementara itu pikiran, hati,
dan jiwa kita terus menimbang-nimbang, sampai akhirnya kita menemukan hadiah
yang paling tepat. Setelah itu, kita juga menyediakan waktu untuk
mengemas hadiah tersebut sedemikian rupa agar tampak lebih menarik sehingga
semakin membahagiakan “pribadi” yang paling kita kasihi. Bahkan kita juga
akan menyediakan waktu untuk memikirkan kapan dan bagaimana cara kita
memberikan hadiah tersebut sehingga “pribadi” yang kita kasihi pun merasa puas.
Kalimat apa yang paling kita nantikan untuk
kita dengar dari “pribadi” yang paling kita kasihi, setelah ia menerima hadiah
tersebut? Kalimat
yang paling membahagiakan dan memuaskan bagi si pemberi adalah ketika si
penerima berkata: “Sesungguhnya, dirimu adalah hadiah yang terbaik bagiku!”
Kalimat itu berarti bahwa si penerima bukan hanya bahagia dan puas terhadap
hadiah tersebut, tetapi ia juga menjadikan si pemberi sebagai “pribadi” yang
paling dikasihinya. Kalimat itu juga berarti bahwa si pemberi bukan hanya
berhasil mempersiapkan hadiah yang terbaik, tetapi juga berhasil menjadikan
dirinya sendiri sebagai hadiah yang terbaik baik “pribadi” yang
dikasihinya. Berusaha mempersiapkan hadiah yang istimewa memang sulit dan
penting, tetapi jauh lebih sulit dan lebih penting lagi adalah berusaha
menjadikan diri kita sendiri sebagai hadiah yang terbaik bagi “pribadi” yang
paling kita kasihi.
Di
dalam konteks relasi kita dengan Allah, sesungguhnya Allah telah memberikan
“hadiah” yang teristimewa, termahal, dan terbaik bagi kita, yaitu Yesus
Kristus. Perasaan apa yang terdalam di hati Allah sebagai
Pemberi? “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini” (Yoh.
3:16). Apa yang paling membahagiakan dan memuaskan bagi orang percaya
sebagai penerima? “tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
(Yoh. 3:16). “Hadiah” apa yang dapat mengungkapkan perasaan yang terdalam
di hati Allah, sekaligus yang dapat membahagiakan dan memuaskan orang percaya?
“Anak-Nya yang tunggal” (Yoh. 3:16). Kalimat apa yang paling
membahagiakan dan memuaskan Allah untuk Dia dengar dari orang percaya?
“Sesungguhnya, Engkau adalah Hadiah yang terbaik bagiku!”
Di
dalam konteks relasi kita dengan pasangan kita, sesungguhnya kita adalah si
pemberi dan si penerima hadiah yang terbaik. Sudahkan
kita menjadi “hadiah” yang terbaik bagi pasangan kita? Relakah kita
mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga bagi pasangan kita? Akankah
pasangan kita merasa bahagia, istimewa, dan berarti? Sudahkah kita
berkata kepada pasangan kita: “Sesungguhnya, dirimu adalah hadiah yang terbaik
bagiku!”
0 comments:
Post a Comment