Hawking: Saya menganggap otak
seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada
kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma
dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan.
Kristian: Pernyataan dan cara
berpikir Anda tersebut ada 3 kesalahan.
Pertama, Anda lupa bahwa otak sangat berbeda dengan
komputer. Kemampuan otak jauh lebih tinggi dibanding komputer. Otak
jauh lebih rumit dan kompleks dibanding komputer. Walaupun komponen di
dalam computer masih baik, tetapi jika tidak dihubungkan dengan sumber listrik,
maka komputer itu mati. Kita juga bisa dengan mudah menjelaskan bagaimana
system kerja komputer. Tetapi apakah kita dengan mudah bisa menjawab dari
mana sumber energy otak? Bagaimana otak bisa berpikir? Apakah
komponen otak bisa diganti? Itulah sebabnya harga otak jauh lebih mahal
daripada komputer. Manusia itu makhluk hidup, komputer itu benda mati.
Jadi anggapan anda tidak realistis, sehingga menghasilkan kesimpulan yang tidak
logis. Komputer bukan terjadi secara kebetulan, tetapi manusia cerdas
yang merancangnya. Bagaimana dengan otak? Mustahil jika otak dapat
terjadi secara kebetulan. Oleh sebab itu, ini membuktikan bahwa ada
Pribadi Yang Mahacerdas yang merancangnya. Pribadi itu lah yang manusia
kenal sebagai Allah. Kejadian 1:1,7 “Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi… ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu
tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk hidup.” Jadi jelas bahwa Allah yang menciptakan dan
memberi hidup.
Kedua, Anda tidak dapat berkata bahwa tidak ada
kehidupan (surga) setelah kematian, karena Anda belum pernah mengalami kematian.
Tetapi Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dengan sangat jelas bahwa ada
kehidupan (surga) setelah kematian. Dari perkataan Yesus Kristus-lah maka
saya mempercayai ada kehidupan (surga) setelah kematian. Yohanes 11:25-26
“Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku ia akan hidup
walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”
Dia buktikan perkataan-Nya itu dengan membangkitkan Lazarus yang telah mati
selama 4 hari. Yohanes 14:1-3 “Janganlah gelisah hatimu; percayalah
kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku
pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun
berada.” Dia buktikan dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga.
Itulah orang-orang yang percaya kepada-Nya sedang menanti kedatangan-Nya
kembali, untuk membawa mereka ke surga.
Ketiga, apa yang anda maksud dengan kegelapan?
Manusia memang takut kegelapan. Itulah sebabnya manusia mencari sumber
terang (api, lampu, dan matahari). Apa jadinya jika tidak ada
terang? Mata kita akan rusak dan seluruh kehidupan akan mati.
Tetapi berbeda dengan jiwa manusia. Jiwa manusia tidak takut pada
kegelapan, bahkan lebih memilih kegelapan daripada terang. Manusia lebih
memilih dosa daripada datang kepada Allah. Buktinya, ketika Sang Terang
Sejati yaitu Yesus Kristus datang ke dunia, bukankah justru manusia menolak dan
membunuh-Nya? Yohanes 1:4-5 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah
terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu
tidak menguasainya.”
Seperti halnya mata jasmani
Anda membutuhkan terang, maka mata rohani Anda juga membutuhkan Terang.
Tetapi Anda lebih memilih kegelapan. Selagi masih ada kesempatan,
bertobatlah dan percayalah kepada-Nya!"
Hawking: Ilmuwan memprediksikan
bahwa ada banyak semesta yang tercipta secara spontan. Adalah masalah
kesempatan saja kita ada di dalamnya.
Kristian: Ada dua hal dari
pernyataan Anda yang perlu diuji.
Pertama, seberapa Anda yakin tentang prediksi ilmuwan
tersebut? Sampai sekarang saja para ilmuwan tidak mampu memprediksi
secara tepat kapan, dimana, dan berapa besar gempa bumi yang akan terjadi,
apalagi memprediksikan terciptanya alam semesta. Para ilmuwan saja sudah
dibuat sangat pusing dan telah menghabiskan beaya sangat besar untuk
mempelajari Mars, tetapi masih banyak misteri, apalagi mempelajari alam
semesta. Ilmuwan yang baik seharusnya objektif dan berani jujur bahwa
kebenaran dari prediksi itu masih diragukan, tetapi kebenaran dari hukum (misal
hokum gravitasi) itu bersifat pasti.
Kedua, apa yang Anda maksud dengan kesempatan?
Coba cermati peristiwa pembuahan. Ada jutaan sel sprema, tetapi hanya
satu yang berhasil membuahi sel ovum. Lho, bukankah semua masing-masing
mempunyai kesempatan yang sama, tetapi kenapa yang berhasil hanya satu sel
sperma? Apakah karena satu sel sperma itu yang paling kuat dan paling
cepat sehingga berhasil membuahi sel ovum? Belum tentu! Jika
demikian, apakah itu terjadi secara spontan atau kebetulan? Saya yakin
tidak! Ada Pribadi Yang Mahaberdaulat yang bekerja di dalamnya.
Kesempatan ada karena ada Pribadi Yang Mahaberdaulat yang membuka dan
memberikannya.
Hawking: Kita harus menemukan
nilai tertinggi dari tindakan kita.
Kristian: Ada dua hal yang akan
saya paparkan secara singkat.
Pertama, apa yang Anda maksud dengan nilai
tertinggi? Siapa yang berhak menetapkan, menentukan, dan mengatakan bahwa
tindakan tersebut bernilai apa tidak? Jika manusia yang berhak, maka akan
mengakibatkan relativitas penilaian terhadap suatu tindakan. Misalkan,
berdoa. Ada orang yang menganggap bahwa tindakan berdoa itu bernilai
tinggi. Tetapi bagi orang lain tindakan tersebut tidak bernilai dan
sia-sia. Lalu mana yang benar? Padahal nilai tertinggi itu harus berlaku
bagi semua manusia dimanapun dan kapanpun, itu syarat mutlak dan absolut.
Oleh sebab itu lah kita harus mengakui adanya Pribadi Yang Mahabernilai,
Mahamutlak, Mahaabsolut, dan Mahaberhak, yaitu Allah.
Kedua, pernyataan Anda sebenarnya bukanlah pernyataan
yang baru, sebab sudah ribuan tahun yang lalu sudah ditulis di dalam
Alkitab. Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka memilih untuk
menentukan benar dan salah menurut mereka sendiri, bukan menurut Allah.
Akibatnya jelas, yaitu malu, takut, dan mati. Jadi, hanya Allah yang
berhak menentukan nilai tertinggi, dan hanya Alkitab yang menjadi panduan atas
tindakan kita tersebut dalam kebenaran-Nya.
Hawking: Saya telah hidup
dengan prediksi kematian dini selama 49 tahun. Saya tak takut mati, tetapi saya
juga tak buru-buru ingin mati. Saya masih punya banyak hal yang perlu saya
lakukan.
Kristian: Ada tiga hal yang
akan saya tunjukkan.
Pertama, pernyataan Anda tersebut bertentangan dengan
pernyataan Anda sebelumnya. Anda percaya bahwa prediksi ilmuwan tentang
alam semesta terjadi spontan, tetapi Anda tidak mempercayai prediksi ilmuwan
tentang kematian dini Anda. Ini menunjukkan ketidakkonsistenan
Anda. Bukankah Anda telah mengetahui dan mengalami sendiri bahwa prediksi
ilmuwan tidak selalu benar, dan bahkan salah?
Kedua, Anda tidak takut mati karena percaya bahwa
setelah kematian tidak ada kehidupan (surga). Banyak orang juga tidak
takut mati karena percaya bahwa setelah kematian ada kehidupan (surga).
Mana yang benar? Tidak mungkin dua pernyataan yang berbeda dan
bertentangan sama-sama mempunyai kebenaran. Pasti yang satu benar dan
yang lain salah. Anda tidak buru-buru ingin mati, karena masih ingin
melakukan banyak hal yang Anda percaya bernilai tertinggi. Lho, bukankah
Anda percaya bahwa setelah kematian tidak ada kehidupan (surga), untuk apa
nilai tertinggi itu? Bukankah nilai tertinggi itu akan menjadi sia-sia
belaka? Berbeda dengan Paulus, dia berkata bahwa: “Karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di
dunia ini, itu berarti bagiku bekerja member buah” (Flp. 1:21-22a).
Kenapa? Karena dia percaya bahwa nilai tertinggi yang dimilikinya
tersebut akan dinikmatinya di dalam kekekalan.
Ketiga, saya melihat bahwa Allah telah memberimu banyak
sekali kesempatan, tetapi Anda telah sia-siakan. Secara sains dan
prediksi ilmuwan, yang Anda puja-puja, Anda seharusnya telah mati sejak dulu,
tetapi Allah masih memberimu kesempatan untuk tetap hidup, dan bahkan
kecerdasan yang tinggi. Untuk apa? Supaya Anda bertobat dan
mempermuliakan Tuhan! Tetapi, sampai detik ini Anda tidak mau kembali
kepada-Nya, dan bahkan menghujat Dia. Hal ini justru membuktikan betapa
sabarnya dan baiknya Allah pada diri Anda, sekaligus membuktikan betapa jahatnya
dosa yang ada di dalam diri Anda. Apakah hidup dan tindakan seperti itu
yang Anda anggap sebagai nilai tertinggi? Oh, betapa menyedihkan sekali
diri Anda! Oleh sebab itu, sekali lagi, selagi masih ada kesempatan,
maukah Anda bertobat? Yesus Kristus mengasihimu, mari kita datang pada
Dia hai saudaraku!
Roma 1:18-23 dengan sangat
jelas dan tegas menjelaskan bahwa wahyu umum dan wahyu khusus tidaklah saling
bertentangan, serta menunjukkan bahwa betapa sia-sianya pikiran manusia dan
betapa bodohnya hati manusia. Jadi Hawking, ijinkan Dia menjamah hatimu,
mengangkat bebanmu, dan memulihkan jiwamu yang penuh noda, luka, dan derita
itu, supaya Dia mengubahmu menjadi ciptaan yang baru, sehingga hidupmu bermakna
dan mempunyai nilai tertinggi yang sejati.